Amankah Mengoleskan Shea Butter pada Kulit Bayi?

Shea butter adalah bahan alami yang diambil dari biji pohon karité Afrika. Produk ini terkenal karena kandungan lemak yang tinggi, vitamin A, E, dan F, serta sifat pelembap dan antiinflamasi yang potensial. Namun, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum mengoleskan shea butter pada kulit bayi. Berikut adalah poin-poin penting yang perlu Anda ketahui:

1. Kulit Sensitif Bayi: Kulit bayi umumnya lebih sensitif dibandingkan dengan kulit orang dewasa. Meskipun shea butter secara umum dianggap sebagai bahan yang aman dan lembut, setiap bayi memiliki karakteristik kulit yang berbeda. Beberapa bayi mungkin memiliki kulit yang sangat sensitif atau rentan terhadap reaksi alergi terhadap bahan tertentu. Sebaiknya lakukan uji coba terlebih dahulu dengan mengoleskan sedikit shea butter pada area kulit kecil bayi dan perhatikan reaksi yang mungkin terjadi.

2. Alergi: Meskipun jarang terjadi, beberapa bayi mungkin memiliki alergi terhadap shea butter. Alergi dapat menyebabkan reaksi kulit seperti kemerahan, ruam, gatal-gatal, bengkak, atau iritasi. Jika bayi Anda memiliki riwayat alergi atau ada kekhawatiran terkait kulitnya, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan shea butter pada kulit bayi.

3. Kualitas Shea Butter: Pastikan Anda menggunakan shea butter yang berkualitas baik dan murni. Pilih produk yang tidak mengandung bahan tambahan atau pewangi buatan, karena bahan-bahan tersebut dapat mengiritasi kulit bayi. Selalu membaca label dengan teliti dan memilih produk yang tidak mengandung bahan yang berpotensi menyebabkan alergi.

4. Penggunaan Secara Tepat: Jika Anda memutuskan untuk menggunakan shea butter pada kulit bayi, gunakan dengan hati-hati dan dalam jumlah yang tepat. Oleskan secara tipis dan merata pada kulit bayi setelah mandi atau saat kulit bayi terasa kering. Hindari mengoleskannya di area yang terluka atau teriritasi. Perhatikan reaksi kulit bayi setelah penggunaan shea butter. Jika ada tanda-tanda iritasi, segera hentikan penggunaannya.

5. Alternatif Lain: Jika Anda khawatir tentang penggunaan shea butter pada kulit bayi, ada banyak alternatif alami lain yang dapat digunakan sebagai pelembap. Misalnya, minyak almon atau minyak zaitun murni yang lembut dan aman untuk kulit bayi. Selalu perhatikan bagaimana kulit bayi bereaksi terhadap bahan baru dan berbicara dengan dokter anak Anda jika Anda memiliki kekhawatiran.

Ini Tahapan Usia Bayi Bisa Melihat

Proses pengembangan penglihatan pada bayi adalah langkah penting dalam perkembangan mereka. Saat lahir, penglihatan bayi masih terbatas, tetapi seiring dengan waktu, mereka mengalami perkembangan yang signifikan. Berikut adalah tahapan umum perkembangan penglihatan bayi:

1. Kelahiran hingga 3 bulan:
Pada tahap awal ini, penglihatan bayi masih terbatas. Mereka cenderung melihat dengan jarak dekat dan fokus pada objek yang berada sekitar 8 hingga 10 inci dari wajah mereka, yang secara kebetulan adalah jarak antara bayi dan wajah ibu saat menyusui. Bayi juga mulai mengenali wajah orang yang sering berinteraksi dengannya, seperti ibu dan ayah. Mereka mungkin merespons dengan senyuman saat melihat wajah yang akrab.

2. 3 hingga 6 bulan:
Selama periode ini, penglihatan bayi mengalami perkembangan pesat. Mereka mulai mengembangkan kemampuan untuk melacak gerakan dengan mata dan lebih fokus pada objek di sekitarnya. Bayi mulai mengenali warna-warna dasar dan perbedaan kontras yang lebih tajam. Mereka juga mungkin mulai merespons mainan atau objek yang digerakkan di depan mereka.

3. 6 hingga 12 bulan:
Pada usia ini, bayi telah mengembangkan keterampilan penglihatan yang lebih baik. Mereka dapat melacak objek yang bergerak lebih baik dan mulai mengenali wajah dan ekspresi emosi pada orang lain. Mereka juga mulai mengembangkan persepsi kedalaman, yang memungkinkan mereka untuk memperkirakan jarak dan memahami perbedaan antara benda depan dan belakang. Pada akhir periode ini, bayi mungkin sudah bisa mengerti dan meniru gerakan sederhana, seperti melambaikan tangan atau mengedipkan mata.

4. 1 hingga 2 tahun:
Selama tahun kedua kehidupan, penglihatan bayi semakin matang. Mereka dapat mengenali objek yang lebih kecil dan lebih jauh. Kemampuan mereka untuk memperhatikan detail semakin meningkat, dan mereka mulai mengembangkan kemampuan untuk menghubungkan nama dengan objek yang mereka lihat. Mereka juga mulai mengembangkan keterampilan visual-motorik yang lebih baik, seperti mengambil dan meletakkan objek dengan presisi.

Setiap bayi berkembang dengan kecepatan yang berbeda-beda, jadi penting untuk diingat bahwa perkembangan penglihatan mungkin sedikit berbeda untuk setiap anak. Jika Anda memiliki kekhawatiran tentang perkembangan penglihatan bayi Anda, penting untuk berkonsultasi dengan dokter anak atau spesialis mata anak. Mereka dapat melakukan evaluasi dan memberikan saran yang tepat sesuai dengan kebutuhan individu bayi Anda.

Kenali Jenis-Jenis Cacat Mata Bawaan pada Bayi Baru Lahir

Cacat mata bawaan adalah kondisi yang terjadi pada bayi sejak lahir, yang dapat mempengaruhi perkembangan dan fungsi mata mereka. Mengetahui jenis-jenis cacat mata bawaan pada bayi baru lahir adalah penting untuk mendeteksi dan mengatasi masalah sejak dini. Berikut ini adalah beberapa jenis cacat mata bawaan yang umum pada bayi baru lahir:

1. Katarak: Katarak adalah kondisi di mana lensa mata menjadi keruh, menghalangi cahaya masuk ke mata dengan jelas. Ini dapat menyebabkan penglihatan kabur atau buram. Katarak pada bayi bisa disebabkan oleh faktor genetik atau infeksi selama kehamilan. Pengobatan katarak biasanya melibatkan pembedahan untuk mengganti lensa mata yang keruh.

2. Glaukoma kongenital: Glaukoma kongenital adalah peningkatan tekanan di dalam mata, yang dapat menyebabkan kerusakan saraf optik dan gangguan penglihatan. Glaukoma kongenital dapat terjadi karena ketidaknormalan struktur mata bayi. Pengobatan melibatkan penggunaan obat tetes mata atau dalam beberapa kasus, pembedahan.

3. Ptosis: Ptosis adalah kelopak mata yang menurun atau jatuh lebih rendah dari posisi normalnya. Ini dapat menyebabkan penglihatan terbatas jika kelopak mata menutupi sebagian atau seluruh pupil. Ptosis bisa terjadi karena otot di kelopak mata tidak berkembang dengan baik atau kelainan saraf. Pembedahan bisa dilakukan untuk mengangkat kelopak mata yang menurun jika diperlukan.

4. Mikroftalmia: Mikroftalmia adalah kondisi di mana mata bayi lebih kecil dari ukuran normal. Ini bisa terjadi karena perkembangan yang tidak sempurna selama kehamilan. Mikroftalmia dapat mempengaruhi penglihatan dan sering kali memerlukan pengobatan yang tergantung pada tingkat keparahannya.

5. Anoftalmia: Anoftalmia adalah ketiadaan satu atau kedua mata pada bayi. Ini adalah kelainan langka yang bisa disebabkan oleh kelainan genetik atau perkembangan yang tidak normal selama kehamilan. Anoftalmia dapat mempengaruhi penglihatan secara signifikan dan memerlukan penanganan yang komprehensif, termasuk prostesis mata jika diperlukan.

6. Nistagmus: Nistagmus adalah gerakan mata yang tidak terkontrol atau berkedut secara terus-menerus. Ini dapat mempengaruhi penglihatan bayi dan menyebabkan masalah dalam fokus dan melacak objek. Nistagmus bisa disebabkan oleh faktor genetik atau kondisi medis lainnya. Pengobatan untuk nistagmus melibatkan pengelolaan penyebab yang mendasari dan perawatan penglihatan yang tepat.

Jangan Buru-buru Berikan Obat Pilek Bayi Saat Si Kecil Flu

Pilek adalah masalah umum yang sering terjadi pada bayi. Namun, penting bagi orang tua untuk memahami bahwa tidak semua obat pilek yang aman untuk digunakan pada bayi. Berikut adalah alasan mengapa tidak disarankan untuk memberikan obat pilek kepada bayi saat mengalami flu atau pilek:

1. Keamanan dan Efektivitas: Sebagian besar obat pilek yang tersedia di pasaran tidak disetujui untuk digunakan pada bayi di bawah usia dua tahun karena kurangnya bukti keamanan dan efektivitas pada kelompok usia ini. Bayi memiliki sistem metabolisme yang belum sepenuhnya matang, sehingga mereka lebih rentan terhadap efek samping yang mungkin timbul dari obat-obatan.

2. Efek Samping yang Berpotensi: Beberapa obat pilek mengandung bahan aktif yang dapat menyebabkan efek samping pada bayi, seperti iritabilitas, kantuk, kejang, peningkatan denyut jantung, dan gangguan tidur. Selain itu, beberapa obat pilek dapat mengandung bahan tambahan yang tidak aman atau alergen potensial bagi bayi.

3. Penyebab Pilek yang Berbeda: Pilek pada bayi biasanya disebabkan oleh infeksi virus, dan obat-obatan tidak dapat mengobati infeksi virus. Sebagian besar pilek pada bayi bersifat self-limiting, yang berarti akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu beberapa hari hingga beberapa minggu tanpa pengobatan khusus.

4. Perawatan Simtomatik: Ketika bayi mengalami pilek, penting untuk memberikan perawatan simtomatik yang tepat. Ini termasuk memberikan banyak cairan untuk mencegah dehidrasi, menjaga kelembaban udara dengan menggunakan penghumidifikasi, membersihkan hidung bayi dengan larutan garam fisiologis atau menggunakan aspirator hidung bayi, dan memberikan cukup waktu istirahat.

5. Konsultasikan dengan Dokter: Jika bayi Anda mengalami pilek yang parah, demam tinggi, kesulitan bernapas, atau tanda-tanda kekhawatiran lainnya, segera konsultasikan dengan dokter. Dokter akan dapat memberikan diagnosis yang tepat dan memberikan saran yang sesuai mengenai pengobatan yang aman dan efektif.

Sebagai gantinya, penting untuk memberikan perhatian dan perawatan yang baik pada bayi Anda saat mengalami pilek. Menghindari paparan terhadap orang yang sakit, menjaga kebersihan tangan, menyusui bayi secara eksklusif (jika memungkinkan), dan menghindari merokok di dekat bayi dapat membantu mencegah penyebaran infeksi dan mempercepat pemulihan.

Ingatlah bahwa bayi Anda memiliki sistem kekebalan yang sedang berkembang, dan pilek adalah bagian dari proses alami pertumbuhan dan perkembangan mereka. Dalam kebanyakan kasus, memberikan dukungan dan perawatan simtomatik yang tepat sudah cukup untuk membantu bayi Anda sembuh dengan sendirinya.

Memahami Penyebab Alergi Susu Sapi dan Cara Mengatasinya

Alergi susu sapi adalah reaksi alergi yang terjadi saat sistem kekebalan tubuh bereaksi secara berlebihan terhadap protein yang terdapat dalam susu sapi. Penyebab alergi susu sapi umumnya terkait dengan ketidakmampuan tubuh bayi atau anak untuk mencerna protein susu sapi yang disebut kasein atau protein whey. Berikut ini adalah beberapa penyebab alergi susu sapi dan cara mengatasinya:

Penyebab Alergi Susu Sapi:
1. Faktor Genetik: Alergi susu sapi dapat memiliki faktor genetik di mana seseorang memiliki kecenderungan bawaan untuk mengembangkan alergi terhadap protein susu sapi. Jika salah satu atau kedua orang tua memiliki riwayat alergi, maka risiko bayi mengalami alergi susu sapi akan lebih tinggi.

2. Ketidakmatangan Sistem Kekebalan Tubuh: Sistem kekebalan tubuh bayi atau anak yang belum sepenuhnya berkembang dapat menyebabkan respon alergi terhadap protein susu sapi. Seiring bertambahnya usia, sistem kekebalan tubuh anak akan menjadi lebih matang dan toleran terhadap protein-protein ini.

Cara Mengatasi Alergi Susu Sapi:
1. Konsultasikan dengan Dokter: Jika bayi atau anak Anda mengalami gejala alergi susu sapi, penting untuk mengonsultasikan dengan dokter. Dokter dapat melakukan tes alergi untuk mengkonfirmasi diagnosis dan memberikan panduan terkait pengaturan pola makan yang tepat.

2. Eliminasi Susu Sapi: Pengobatan utama untuk alergi susu sapi adalah menghilangkan semua produk susu sapi dari pola makan bayi atau anak. Ini termasuk susu, keju, yoghurt, mentega, dan produk olahan susu lainnya. Perhatikan juga bahan-bahan yang mengandung susu sapi dalam produk makanan lainnya.

3. Penggantian dengan Susu Pengganti: Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, dokter mungkin merekomendasikan penggunaan susu pengganti yang bebas dari protein susu sapi, seperti susu kedelai, susu almond, susu beras, atau susu lain yang mengandung nutrisi penting untuk perkembangan anak.

4. Perhatikan Label Makanan: Ketika membeli makanan atau produk makanan olahan, selalu periksa labelnya untuk mencari tahu apakah terdapat kandungan susu sapi atau bahan-bahan yang berasal dari susu sapi. Beberapa produk mungkin mengandung susu secara tersembunyi, jadi perhatikan bahan-bahan seperti whey, kasein, dan laktosa.

5. Konsultasikan dengan Ahli Gizi: Membawa anak Anda ke ahli gizi dapat membantu dalam merencanakan pola makan yang seimbang dan memastikan kebutuhan nutrisi tetap terpenuhi meskipun susu sapi dieliminasi dari pola makan.

Pantangan Makanan untuk Kondisi Trigliserida Tinggi

Jika Anda memiliki kondisi trigliserida tinggi, penting untuk mengadopsi diet yang sehat dan membatasi konsumsi makanan tertentu. Trigliserida adalah jenis lemak yang ditemukan dalam darah dan tingkat tinggi trigliserida dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Berikut adalah beberapa pantangan makanan yang sebaiknya dihindari untuk kondisi trigliserida tinggi:

1. Lemak Jenuh dan Trans: Hindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan trans. Lemak jenuh dapat meningkatkan produksi trigliserida dalam tubuh. Makanan yang tinggi lemak jenuh meliputi daging berlemak, lemak susu penuh, mentega, keju keras, dan minyak kelapa atau minyak sawit. Lemak trans, yang ditemukan dalam makanan olahan, camilan cepat saji, kue, dan krim kocok, juga harus dihindari.

2. Makanan Tinggi Karbohidrat Sederhana: Hindari makanan yang mengandung karbohidrat sederhana, terutama karbohidrat olahraga tinggi seperti roti putih, pasta putih, kue, kue kering, dan permen. Karbohidrat sederhana dapat meningkatkan produksi insulin dalam tubuh, yang dapat menyebabkan peningkatan kadar trigliserida.

3. Gula Tambahan: Batasi konsumsi gula tambahan dalam makanan dan minuman. Gula tambahan dapat menyebabkan peningkatan trigliserida. Hindari minuman manis seperti soda, minuman energi, dan jus buah yang mengandung gula tambahan. Perhatikan juga makanan olahan yang mungkin mengandung gula tambahan, seperti saus salad, saus tomat, atau makanan kaleng.

4. Alkohol: Batasi konsumsi alkohol atau hindari sepenuhnya jika trigliserida tinggi. Alkohol dapat meningkatkan trigliserida dan mempengaruhi fungsi hati dalam mengatur kadar lemak dalam darah. Jika Anda memilih untuk minum alkohol, lakukan dengan moderat dan konsultasikan dengan dokter Anda mengenai batasan yang aman.

5. Makanan Tinggi Kolesterol: Kurangi konsumsi makanan yang tinggi kolesterol, seperti kuning telur, makanan laut berlemak seperti udang, kepiting, dan kerang, serta produk susu tinggi lemak. Kolesterol makanan dapat mempengaruhi kadar trigliserida dalam darah. Mengganti sumber protein dengan protein nabati seperti kacang-kacangan dan biji-bijian dapat menjadi alternatif yang lebih sehat.

6. Makanan Cepat Saji: Hindari makanan cepat saji atau makanan olahan yang tinggi lemak jenuh, garam, dan gula. Makanan cepat saji cenderung mengandung tinggi lemak jenuh dan trans, yang dapat meningkatkan trigliserida. Pilihlah makanan yang segar dan alami, dan coba untuk memasak sendiri di rumah agar lebih mengontrol bahan-bahan yang digunakan.

Manfaat Peeling Jerawat untuk Mengatasi Masalah Kulit Wajah

Peeling jerawat adalah prosedur perawatan kulit yang melibatkan pengelupasan lapisan terluar kulit untuk mengatasi masalah jerawat dan meningkatkan kondisi kulit wajah secara keseluruhan. Ini adalah metode yang efektif untuk menghilangkan kotoran, minyak berlebih, sel kulit mati, dan komedo yang dapat menyumbat pori-pori dan menyebabkan jerawat. Berikut adalah beberapa manfaat peeling jerawat yang perlu Anda ketahui:

1. Membersihkan dan Mengangkat Sel Kulit Mati: Peeling jerawat membantu membersihkan kulit wajah dengan mengangkat lapisan sel kulit mati yang menumpuk di permukaan kulit. Sel-sel mati ini dapat menyumbat pori-pori dan menyebabkan jerawat serta menghalangi penyerapan produk perawatan kulit. Dengan menghilangkan sel kulit mati, peeling jerawat membantu mencerahkan kulit dan meningkatkan tekstur kulit.

2. Mengurangi Komedo dan Jerawat: Salah satu penyebab utama jerawat adalah pori-pori yang tersumbat oleh minyak berlebih, sel kulit mati, dan kotoran. Peeling jerawat membantu membersihkan pori-pori dengan menghilangkan komedo dan mengurangi produksi minyak berlebih. Dengan mengurangi komedo dan jerawat, peeling jerawat membantu meningkatkan penampilan kulit wajah dan mencegah kemunculan jerawat baru.

3. Meningkatkan Penyerapan Produk Perawatan Kulit: Setelah peeling jerawat, lapisan terluar kulit yang baru akan terbuka, sehingga memungkinkan produk perawatan kulit yang diterapkan selanjutnya diserap lebih baik oleh kulit. Ini berarti manfaat bahan aktif dalam serum, krim, atau pelembap dapat lebih efektif bekerja untuk mengatasi masalah kulit, seperti mengurangi peradangan, memudarkan noda bekas jerawat, atau menghidrasi kulit.

4. Merangsang Regenerasi Kulit: Peeling jerawat merangsang proses regenerasi kulit dengan mempercepat turnover sel kulit. Ini berarti sel kulit yang baru akan muncul lebih cepat, menggantikan sel-sel kulit mati yang telah terkelupas. Proses regenerasi kulit ini membantu memperbaiki kerusakan kulit, meningkatkan elastisitas kulit, dan membuat kulit tampak lebih segar dan bercahaya.

5. Mengurangi Noda Bekas Jerawat: Jerawat sering meninggalkan noda bekas yang dapat mengganggu penampilan kulit. Peeling jerawat, terutama peeling kimia yang mengandung bahan seperti asam salisilat atau asam glikolat, dapat membantu memudarkan noda bekas jerawat dengan mengelupas lapisan kulit yang rusak dan merangsang pertumbuhan kulit baru yang lebih sehat.

Yuk, Rawat Gigi dengan Water Flossing

Water flossing, juga dikenal sebagai oral irrigator, adalah alat yang digunakan untuk membersihkan sela-sela gigi dan gusi dengan mengalirkan air atau larutan antiseptik melalui tekanan yang lembut. Ini adalah alternatif yang efektif dan praktis untuk benang gigi konvensional. Berikut adalah informasi mengenai cara menggunakan water flosser dan manfaatnya dalam merawat kesehatan gigi dan gusi:

Cara Menggunakan Water Flosser:

1. Isi Tangki Air: Isi tangki water flosser dengan air hangat atau larutan antiseptik yang direkomendasikan oleh produsen. Pastikan untuk mengikuti petunjuk penggunaan yang disertakan dalam paket alat.

2. Atur Tekanan Air: Pilih tingkat tekanan air yang sesuai dengan preferensi Anda dan kebutuhan kesehatan gigi Anda. Mulailah dengan tingkat tekanan rendah dan tingkatkan secara bertahap jika diperlukan.

3. Mulai Flossing: Tempatkan ujung water flosser di mulut Anda dan arahkan ke sela-sela gigi dan garis gusi. Hidupkan alat dan biarkan aliran air mengalir secara perlahan.

4. Gerakan Berurutan: Dengan gerakan perlahan, flosskan sela-sela gigi dari satu gigi ke gigi lainnya. Pastikan untuk mengarahkan air ke seluruh permukaan gigi dan di sepanjang garis gusi untuk membersihkan plak dan sisa makanan yang terjebak.

5. Lanjutkan ke Sela-Sela Gigi Berikutnya: Setelah selesai membersihkan satu area gigi, pindah ke sela-sela gigi berikutnya dan teruskan proses flossing hingga semua gigi dan garis gusi terjangkau.

6. Berkumur dengan Air Bersih: Setelah selesai menggunakan water flosser, berkumurlah dengan air bersih untuk menghilangkan sisa-sisa plak dan partikel yang terlepas dari gigi dan gusi.

Manfaat Water Flossing dalam Merawat Gigi dan Gusi:

1. Membersihkan Sela-Sela Gigi yang Sulit Diakses: Water flossing mampu membersihkan sela-sela gigi yang sulit dijangkau oleh sikat gigi atau benang gigi konvensional. Aliran air bertekanan tinggi dapat menghilangkan plak, sisa makanan, dan kotoran yang terjebak di sela-sela gigi.

2. Mengurangi Peradangan Gusi: Water flossing dapat membantu mengurangi peradangan gusi dan memperbaiki kesehatan gusi. Aliran air yang lembut membersihkan sela-sela gigi dan merangsang sirkulasi darah di sekitar gusi, yang dapat membantu mencegah dan mengobati masalah gusi seperti radang gusi.

Mengenal Cara Kerja Jantung Lebih Jauh

Jantung adalah organ otot yang memainkan peran sentral dalam peredaran darah di seluruh tubuh. Cara kerja jantung melibatkan serangkaian langkah yang terkoordinasi dengan baik untuk memastikan aliran darah yang efisien dan kontinu ke seluruh tubuh. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang cara kerja jantung.

1. Struktur Jantung:
Jantung terdiri dari empat ruangan utama: dua atrium (atrium kanan dan kiri) dan dua ventrikel (ventrikel kanan dan kiri). Atrium adalah ruang yang lebih kecil dan bertugas mengumpulkan darah yang akan dipompa oleh ventrikel. Ventrikel adalah ruang yang lebih besar dan berfungsi sebagai pompa utama jantung.

2. Katup Jantung:
Jantung dilengkapi dengan empat katup yang berfungsi sebagai pintu masuk dan keluar darah dari setiap ruangan. Katup tricuspid terletak antara atrium kanan dan ventrikel kanan, katup pulmonal berada di antara ventrikel kanan dan arteri pulmonalis, katup mitral terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri, dan katup aorta berada di antara ventrikel kiri dan arteri aorta. Katup-katup ini membuka dan menutup secara sinkron untuk memastikan aliran darah yang lancar dan mencegah aliran balik.

3. Siklus Jantung:
Siklus jantung terdiri dari dua fase utama: sistole dan diastole.
– Sistole: Fase sistole adalah saat jantung berkontraksi. Di awal sistole atrium berkontraksi untuk memompa darah ke ventrikel. Setelah itu, ventrikel berkontraksi dengan kuat, menghasilkan tekanan yang cukup untuk membuka katup pulmonal dan aorta. Darah kemudian dipompa keluar dari ventrikel ke arteri pulmonalis dan aorta, dan katup-katup atrioventrikular (tricuspid dan mitral) menutup untuk mencegah aliran balik ke atrium.
– Diastole: Fase diastole adalah saat jantung beristirahat dan mengisi kembali dengan darah. Selama diastole, atrium kiri dan kanan mengisi dengan darah yang mengalir ke dalam dari vena cava superior dan inferior. Pada saat yang sama, ventrikel kiri dan kanan beristirahat dan relaksasi, sehingga katup pulmonal dan aorta menutup untuk mencegah aliran balik dari arteri.

4. Sistem Konduksi Jantung:
Jantung memiliki sistem konduksi internal yang menghasilkan impuls listrik untuk mengatur ritme dan koordinasi kontraksi jantung. Nodus sinoatrial (SA) di atrium kanan adalah pengatur utama dan menghasilkan impuls listrik yang memulai kontraksi jantung.